Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2010

Jangan Pernah Mendahului Nasib

Jangan pernah mendahului nasib --Arai, Sang Pemimpi Liburan ini, saya sempat membaca Sang Pemimpi setelah sebelumnya saya sudah menamatkan Laskar Pelangi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Entah karena saya baru saja membacanya atau buku ini benar-benar bagus, saya menganggap bahwa buku ini lebih baik daripada ketiga buku lainnya. Saya benar-benar terinspirasi. Oleh Arai, khususnya. Jangan pernah mendahului nasib. Menurut saya itu berarti jangan pernah berpikir negatif dalam melakukan sesuatu sebelum kita melakukan SELURUH hal-hal positif untuk memperjuangkannya. Usaha yang kita lakukan harus maksimal, jangan takut untuk lelah, berkorban waktu, materi, bahkan darah dan jiwa untuk sesuatu yang kita perjuangkan. Dalam berusaha, hendaknya kita selalu berpikir luas ke depan bahwa kita yakin pada akhirnya kita akan berkata, "We did it!". Itulah optimisme. Optimis berarti yakin. Optimis bukan keyakinan yang tanpa “modal” alias nekad, akan tetapi keyakinan karena persiapan yang t...

Miftah Sesemester Lalu

Terhitung sudah tiga semester saya menginjakkan kaki di UI dan sekarang, ketika saya sedang berada di kampung tercinta, kota Payakumbuh, keluarga banyak yang bilang,"Sudah semester 4? Wah, tidak terasa ya." Waktu terasa menyambar bagaikan kilat, ternyata sudah lewat saja. Sulit untuk melukiskan apa saja yang terjadi pada semester tiga. Jika dipilih semester mana yang lebih berkesan di antara semester satu, dua, dan tiga saya akan menjawab semester tiga. Mengapa? Di semester ini saya semakin banyak mendapatkan -bahasanya 'pelajaran-pelajaran hidup' kata orang. Timeline-nya kira-kira begini: PMB--bulan Ramadhan--FUKI Fair--UAS Aneh ya. Kenapa kata "kuliah" tidak dimasukkan. Dari dulu, saya orangnya tidak biasa sibuk. Semasa TK, SD, SMP, SMA biasa saja. TK dan SD belajar saja. SMP sudah ada organisasi sedikit, maksudnya benar-benar sedikit karena SMP saya merupakan SMP baru yang belum jalan organisasinya. SMA, organisasinya sudah jalan tapi entah kenapa...

The Perfect Plan

Belajar dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dari masa lampau, apa yang terjadi jika nabi Khidir tidak melubangi kapal, membunuh anak yang ia temui dan menegakkan rumah yang hampir roboh di perkampungan yang mereka lewati itu? Mereview kisah yang dulu pernah diceritakan di masa SD kita ini, nabi Khidir melubangi kapal untuk menyelamatkan kapal tersebut dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang kapal itu. Ia membunuh si anak untuk menyelamatkan orang tuanya dari kezaliman yang akan ia perbuat kelak. Kemudian, ia menegakkan rumah tersebut karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ketika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, ketika harapan kita yang membumbung tinggi terhempas oleh kenyataan, diri kita akan bertanya apakah sebab hal itu menimpa kita. Mungkin kita berpikir bahwa itu tidak adil, tidak mungkin terjadi, seolah-olah seharusnya keinginan kita terwujud, bukan sebaliknya. Begitu banyak kata mu...