Berbicara kematian dengan Anak
Setelah merenungi lagi pembicaraan tempo hari tersebut, saya jadi sadar bahwa pemikiran saya dangkal sekali. Beberapa saat merenung, saya berpikir untuk mengubah kacamata saya dalam melihat isu ini. Dimana sebagai orang tua yang berusaha menjadi seorang mukmin justru jangan menghindari pembicaraan kematian. Di hadits Rasulullah saw beliau berkata,
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR Tirmidzi).
Rasulullah saw justru menyarankan untuk memperbanyak mengingat kematian.
Dunia berikut isinya termasuk anak-anak yang sangat kita cintai adalah kelezatan yang sementara dan akhirat adalah sumber kelezatan yang sesungguhnya. Sering mengingat kematian dapat memotivasi kita untuk lebih menyiapkan bekal dengan harapan mendapat tempat terbaik di akhirat sana.
Mukmin yang banyak mengingat perkara kematian adalah mukmin yang cerdas. Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw menyebutkan,
“Orang mukmin yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya”.
Kembali ke topik anak, jika mereka bertanya-tanya soal kematian ini menunjukkan kemampuan berpikir dan kecerdasan mereka sudah meningkat. Lalu sebagai orang tua kita bisa mengarahkan pembicaraannya ke dialog iman.
Seminggu berselang setelah obrolan pertama dengan Nayra soal kematian, suatu malam dia bertanya lagi. Tapi kali ini saya lebih siap😁. Dialog kali ini sedikit saya arahkan menjadi dialog iman. Betapa karena ada kematian dan kita menginginkan surgaNya kita harus banyak berbuat baik dan beramal shaleh. Alhamdulillah wa syukurillah untuk perbaikan saya di pembicaraan kedua kami🙈.
Komentar