Berbicara kematian dengan Anak


Sebuah peristiwa beberapa hari lewat membuat saya teringat obrolan bareng anak pertama saya Nayra, yang berumur 6 tahun, beberapa minggu yang lalu soal kematian. Nayra duluan sih yang mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan. Lalu Nayra mengemukakan kalau saya atau Abaknya tua kami akan mati duluan. Kalau dia besar dia juga akan mati. Lumayan kaget dengan runtutan pertanyaan Nayra ini, menyebabkan saya kurang nyaman. Membicarakan kematian dengan 
point of view keluarga yang ditinggalkan, itu akan sedih sekali, itulah pikiran pendek saya saat obrolan pertama kala itu. tapi ya namanya anak-anak, mereka belum paham komplikasi dari kematian itu pada keluarga dan orang-orang yang ditinggal.


Setelah merenungi lagi pembicaraan tempo hari tersebut, saya jadi sadar bahwa pemikiran saya dangkal sekali. Beberapa saat merenung, saya berpikir untuk mengubah kacamata saya dalam melihat isu ini. Dimana sebagai orang tua yang berusaha menjadi seorang mukmin justru jangan menghindari pembicaraan kematian. Di hadits Rasulullah saw beliau berkata, 

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR Tirmidzi). 

Rasulullah saw justru menyarankan untuk memperbanyak mengingat kematian.


Dunia berikut isinya termasuk anak-anak yang sangat kita cintai adalah kelezatan yang sementara dan akhirat adalah sumber kelezatan yang sesungguhnya. Sering mengingat kematian dapat memotivasi kita untuk lebih menyiapkan bekal dengan harapan mendapat tempat terbaik di akhirat sana.


Mukmin yang banyak mengingat perkara kematian adalah mukmin yang cerdas. Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw menyebutkan, 

“Orang mukmin yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya”.
 

Kembali ke topik anak, jika mereka bertanya-tanya soal kematian ini menunjukkan kemampuan berpikir dan kecerdasan mereka sudah meningkat. Lalu sebagai orang tua kita bisa mengarahkan pembicaraannya ke dialog iman. 


Seminggu berselang setelah obrolan pertama dengan Nayra soal kematian, suatu malam dia bertanya lagi. Tapi kali ini saya lebih siap😁. Dialog kali ini sedikit saya arahkan menjadi dialog iman. Betapa karena ada kematian dan kita menginginkan surgaNya kita harus banyak berbuat baik dan beramal shaleh. Alhamdulillah wa syukurillah untuk perbaikan saya di pembicaraan kedua kami🙈.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Road to Pemilu 2009!!

Weekend of Farewells