Jangan pernah mendahului nasib --Arai, Sang Pemimpi Liburan ini, saya sempat membaca Sang Pemimpi setelah sebelumnya saya sudah menamatkan Laskar Pelangi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Entah karena saya baru saja membacanya atau buku ini benar-benar bagus, saya menganggap bahwa buku ini lebih baik daripada ketiga buku lainnya. Saya benar-benar terinspirasi. Oleh Arai, khususnya. Jangan pernah mendahului nasib. Menurut saya itu berarti jangan pernah berpikir negatif dalam melakukan sesuatu sebelum kita melakukan SELURUH hal-hal positif untuk memperjuangkannya. Usaha yang kita lakukan harus maksimal, jangan takut untuk lelah, berkorban waktu, materi, bahkan darah dan jiwa untuk sesuatu yang kita perjuangkan. Dalam berusaha, hendaknya kita selalu berpikir luas ke depan bahwa kita yakin pada akhirnya kita akan berkata, "We did it!". Itulah optimisme. Optimis berarti yakin. Optimis bukan keyakinan yang tanpa “modal” alias nekad, akan tetapi keyakinan karena persiapan yang t...
Terhitung sudah tiga semester saya menginjakkan kaki di UI dan sekarang, ketika saya sedang berada di kampung tercinta, kota Payakumbuh, keluarga banyak yang bilang,"Sudah semester 4? Wah, tidak terasa ya." Waktu terasa menyambar bagaikan kilat, ternyata sudah lewat saja. Sulit untuk melukiskan apa saja yang terjadi pada semester tiga. Jika dipilih semester mana yang lebih berkesan di antara semester satu, dua, dan tiga saya akan menjawab semester tiga. Mengapa? Di semester ini saya semakin banyak mendapatkan -bahasanya 'pelajaran-pelajaran hidup' kata orang. Timeline-nya kira-kira begini: PMB--bulan Ramadhan--FUKI Fair--UAS Aneh ya. Kenapa kata "kuliah" tidak dimasukkan. Dari dulu, saya orangnya tidak biasa sibuk. Semasa TK, SD, SMP, SMA biasa saja. TK dan SD belajar saja. SMP sudah ada organisasi sedikit, maksudnya benar-benar sedikit karena SMP saya merupakan SMP baru yang belum jalan organisasinya. SMA, organisasinya sudah jalan tapi entah kenapa...
Sebagian orang berpendapat bahwa pemilu kali ini sangat membingungkan dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Setelah mengadakan pemilu percobaan di beberapa daerah beberapa waktu lalu, terbukti bahwa masyarakat dibuat bingung karena permasalahan surat suara dan terlalu banyak calon legislatif yang akan dipilih nanti. Namun, di atas persoalan teknis seperti itu terdapat hal yang lebih penting yaitu bagaimana memilih caleg itu sendiri. Kita sebagai mahasiswa yang berintelektual tentunya tidak mau suara kita yang berharga terbuang begitu saja untuk memilih caleg yang kurang berkualitas. Oleh karena itu, hendaknya kita memperhatikan track record dari sang caleg setidak-tidaknya 5 tahun terakhir. Apakah sang caleg baru menampakkan kiprahnya beberapa waktu sebelum pemilu ataukah ia memang telah menjadi panutan masyarakat sejak dahulunya? Hal lain yang juga patut diperhatikan adalah kualitas dari partai yang mengusung nama caleg tersebut. Partai yang baik adalah partai yang bebas d...
Komentar
(ngomen sendiri, huhu)