Kamis, 07 April 2011

Melestarikan Pasar Tradisional

13 Februari 2011
DARI hari ke hari tampaknya keberadaan pasar tradisional semakin mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, saat ini telah banyak berdiri pasar-pasar modern di berbagai tempat dalam bentuk minimarket dan pasar swalayan.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Hasan Basri, H. Harry Mulyono pada 8 Januari lalu menyebutkan bahwa 2.000 minimarket kini sudah menyesaki ibukota. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah pasar swalayan yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan.

Padahal, keberadaan pasar tradisional harus dipertahankan. Data dari Komisi Pengusaha Persaingan Usaha (KPPU) tahun 2010 menunjukkan bahwa pasar tradisional di Indonesia hanya berjumlah 13.450 pasar dengan jumlah pedagang sekitar 12.625.000 orang. Dibanding dengan pasar-pasar modern yang lebih sedikit dengan jumlah tenaga kerja yang jauh lebih kecil, dampak matinya pasar tradisional akan sangat besar mengingat banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidup sebagai pedagang di pasar. Tak lupa tenaga kerja pendukung lain seperti tenaga kebersihan, keamanan, buruh angkut barang dan lain-lain.

Menghadapi kondisi seperti ini, perlu dilakukan berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional. Pasar tradisional hendaknya terus mempertahankan dan menonjolkan keunggulan-keunggulannya seperti kualitas barang yang dijual dan adanya proses tawar-menawar harga. Selain itu, para pedagang harus dapat berstrategi seperti layaknya pasar modern.

Hambatan yang terjadi dalam penerapan langkah-langkah di atas adalah pendidikan kebanyakan pedagang yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Di sinilah peran pemerintah dituntut. Pemerintah hendaknya dapat membantu pedagang tradisional menerapkan strategi-strategi dalam rangka modernisasi pasar. Strategi yang dapat diterapkan adalah pengadaan pasar-pasar khusus (specialty market).

Pasar khusus (specialty market) adalah pasar yang secara khusus hanya menjual satu jenis barang tertentu seperti barang elektronik, tekstil dan lain-lain. Pasar-pasar seperti ini terbukti tidak sepi oleh pengunjung. Sebagai contoh, pasar Tanah Abang yang menjual berbagai jenis produk tekstil.

Pasar Tanah Abang dikenal sebagai pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari seribu kios. Pasar ini dipadati sekitar 60 ribu pengunjung per hari menjelang natal tahun lalu. Jumlah ini masih lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pengunjung saat lebaran yang mencapai 100 ribu pengunjung per harinya.
Ramainya pengunjung ini tidak lain karena banyaknya pilihan barang yang tersedia, harga yang murah dan kualitas barang yang baik.

Tekstil hanyalah satu dari sekian banyak potensi Indonesia. Masih banyak potensi-potensi lain terlebih di bidang pariwisata yang sampai saat ini belum digarap pemerintah secara maksimal.

Kekayaan potensi bangsa hendaknya tidak menjadi sesuatu yang sia-sia. Keberadaan pasar khusus hendaknya menjadi sebuah keunggulan Indonesia mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi dan keunikan di setiap daerahnya. Pemerintah bersama masyarakat diharapkan dapat secara kreatif menggali kekayaan bangsa tersebut dan mengangkatnya sebagai komoditi yang menghasilkan keuntungan demi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Ada di sini.

0 komentar: